Minggu, 21 Maret 2010

Komik Kolase

salah satu fungsi ilmu dan seni adalah untuk membantu memahami keberadaan manusia di dunia. Tapi ilmu dan seni hanya sebagian dari upaya tersebut. Ilmu dan seni sangat tergantung pada bagaimana kita menghayati penglihatan kita sehari-hari. Melihat berarti memaknai, dan sebaliknya ; penglihatan kita diarahkan oleh makna. Melalui dialektika penglihatan dan makna inilah pengetahuan atau pemahaman kita dapatkan.

Komik kolase, sebelum ia menjadi bentuk representasi atau komunikasi, adalah bentuk dari penglihatan. Sebelum ia mengekspresikan ide ia adalah bentuk penglihatan. Sebelum ia memaparkan apa-apa ia , sekali lagi, sebuah bentuk penglihatan.

Namun, sudut pengelihatan selalu tidak pernah sama. Pengekpresian dalam komik kolase tidak lain mengarahkan penglihatan pada sesuatu. Ia adalah cara untuk menunjuk, mengungkap, bahkan menghakimi. Maka sebelum kita mencungkil keluar bagian dari kehidupan untuk dijadikan komik kolase, maka kita perlu belajar untuk melihat dengan lebih teliti dan hati-hati atau mem-perhati-kan (bukan hanya me-lihat). Memperhatikan bukan hanya upaya untuk memproykesikan diri pada sesuatu tetapi membebaskan kesadaran diri untuk memahami sesuatu tersebut. Memperhatikan lebih bertujuan daripada melihat, namun memperhatikan lebih bebas dari sekedar berfikir.

Melalui workshop komik kolase ini, kita bukan hanya belajar untuk menggunakan kolase sebagai alat pengayaan artistik namun juga gagasan secara analitik, akan tetapi terutama untuk mendidik kembali penglihatan kita agar pada saat bersamaan menjadi lebih hati-hati, teliti, dan terbebas dari prasangka-prasangka, kategori-kategori, dan bahkan fikiran yang terlanjur kita percayai dan membutakan penglihatan kita.


Kolase
Kata kolase yang dalam bahasa Inggris disebut ‘collage’ berasal dari kata ‘coller’ dalam bahasa Perancis yang berarti ‘merekat’. Selanjutnya kolase dipahami sebagai suatu teknik seni menempel berbagai macam materi selain cat, seperti kertas, kain, kaca, logam dan lain sebagainya kemudian dikombinasi dengan penggunaan cat (minyak) atau teknik lainnya (Susanto, M., 2002:63). Berbagai material kolase dapat direkatkan pada beragam jenis permukaan, seperti kayu, plastik, kertas, kaca dan sebagainya untuk dimanfaatkan atau difungsikan sebagai benda fungsional atau karya seni.
Ketika masih di Sekolah Dasar Anda mengenal istilah “kolase” melalui aktivitas menghias kendi atau hiasan dinding dengan biji-bijian atau potongan perca. Mendekorasi benda dengan menempelkan sesuatu di permukaannya merupakan jenis kria yang tertua diciptakan oleh manusia.Menurut para ahli diperkirakan kegiatan ini bermula di Venice, Italia kira-kira pada abad 17 ketika kota Venice menjadi terdepan dalam hal percetakan di Eropah. Seni kolase berkembang pesat di Perancis, Inggris, Jerman dan kota-kota lain di Eropah.
Dalam perkembangannya kemudian kolase secara kreatif dimanfaatkan sebagai unsur estetik yang personal dalam sebuah karya lukis. Kolase menjadi media yang digemari oleh kalangan seniman dunia. Pablo Picasso, George Braque dan Max Ernest terkenal dengan karya-karya lukisnya yang memanfaatkan kolase kertas, kain dan berbagai objek lainnya. Henri Mattise juga seniman yang giat berkreasi dengan kolase ketika jari-jari tangannya terserang arthritis hingga tak mampu melukis lagi. Ia memotong-motong kertas warna dalam ukuran besar dengan berbagai bentuk hingga tercipta mural kertas yang indah (Linderman, E. W.,1984:141-142).
Di Indonesia, kolase juga pernah mewarnai dunia pergerakan sosial komunitas underground. Bahwa kolase digunakan sebagi zine, media yang di awal tahun 1990 banyak beredar di Bandung dan dibuat oleh komunitas. Dengan gaya manual: tulisan di buku ini menggunakan gaya tulisan tangan dan mesin ketik, juga layout kolase, buku sangat terasa menampilkan semangat zine sebagai media komunitas yang mandiri.

Penulisnya bener-bener memaparkan dari A sampai Z serba-serbi membuat zine. Dari mulai sejarahnya, semangatnya dan sampai ke hal teknis. Mulai dari layout, cetak sampai distribusinya. Buku ini tuh bener-bener menyemangati pembacanya untuk membuat media sendiri dan kukira buku ini sangat cocok sebagai panduan komunitas independen dalam membuat sendiri media publikasi mereka.


Komik Kolase
komik kolase adalah alat menyampaikan suatu ide atau gagasan berupa buku yang berisi suatu cerita bergambar untuk dibaca. Komik kolase tidak jauh berbeda dari pengembangan-pengembangan teknik kolase sebelumnya. Hanya penekanannya adalah pada kekuatan komikalnya.
Untuk baiknya bahwa pengertian komik juga musti kita pahami lebih dulu. Berikut adalah beberapa pandangan mengenai definisi komik:
Komik adalah cerita bergambar dalam majalah, surat kabar, dan buku yang
pada umumnya enak dicerna dan lucu. (Kamus besar Purwadarminta).Komik adalah Media untuk bercerita dan sebagai media hiburan yang murah meriah dengan tujuan untuk menghibur pembacanya, namun bukan hanya sebagai media untuk menghibur saja, komik juga dapat digunakan sebagai media untuk mendidik. (Zpalanzani 2006:14) Menurut Will Eisner dalam bukunya Graphic Storytelling, komik adalah tatanan gambar dan balon kata yang berurutan. Scott McCloud punya pendapat lain lagi, katanya dalam buku Understanding Comics, komik didefinisikan sebagai gambar yang menyampaikan informasi atau menghasilkan respon estetik pada yang melihatnya. Ada juga yang menyebut komik sebagai cerita bergambar, gambar yang dinarasikan, kisah ilustrasi, picto-fiksi dan lain-lain. Sedangkan menurut Rohani (1997:78) Komik adalah suatu kartun yang mengungkapkan suatu karakter dan memerankan suatu cerita dalam urutan yang erat dihubungkan dengan gambar dan dirancang untuk memberi hiburan kepada pembaca. Komik merupakan suatu bentuk cerita bergambar yang terdiri atas berbagai situasi cerita bersambung, kadang bersifat humor. Lubis (dalam Rahayuningsih : 2005 :20) memaparkan komik adalah “Media komunikasi Alternatif”, komik dianggap sebagai salah satu media komunikasi yang identik dengan gambar meskipun komik memberi kesempatan berekspresi secara verbal dan visual akan tetapi sebagai media seni, komik tetap berada dalam batas-batas komunikasi. Komik juga diartikan sebagai bentukan dari tujuan komersial-ekonomis yang berusaha memenuhi kebutuhan pembaca akan hiburan, informasi, dan pendidikan. Tujuannya hanya dapat berhasil apabila persyaratan produksi, distribusi, persepsi, dsn kemungkinan pengaruhnya dihubungkan satu sama lain. Dari beberapa pandangan tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa media komik adalah alat menyampaikan suatu ide atau gagasan berupa buku yang berisi suatu cerita bergambar untuk dibaca.

Serta meski telah disinggung sebelumya perihal kolase akan lebih oke juga jika kita menngenal beberapa unsur artistik dalam pengembangan visual-rupa kolase.
Unsur-unsur Visual
Kegiatan menata komposisi dalam membuat kolase merupakan aktivitas yang penting dan kompleks. Berbagai unsur rupa yang berbeda karakternya dipadukan dalam suatu komposisi untuk mengekspresikan gagasan artistik atau makna tertentu. (Sunaryo, A., 2002:8-9). Yang dimaksud dengan unsur-unsur rupa disini adalah aspek-aspek bentuk yang terlihat, konkret yang dalam kenyataannya saling terkait dan tak mudah dipisahkan satu dengan lainnya. Tampilan keseluruhannya menentukan perwujudan dan makna aspek bentuk itu sendiri.
Unsur-unsur Rupa
Titik dan Bintik: titik adalah unit unsur rupa yang terkecil yang tidak memiliki ukuran panjang dan lebar, sedang bintik adalah titik yang sedikit lebih besar. Unsur titik pada kolase dapat diwujudkan dari butir-butir pasir laut. Sedang bintik dapat diwujudkan dari lada atau biji-bijian yang berukuran kecil dan sejenisnya.
Garis: merupakan perpanjangan dari titik yang memiliki ukuran panjang namun relatif tidak memiliki lebar. Ditinjau dari jenisnya garis dapat dibedakan menjadi: garis lurus, garis lengkung, garis putus-putus dan garis spiral. Unsur garis pada kolase dapat diwujudkan dari potongan kawat, lidi, batang korek, benang dan sebagainya.
Bidang: merupakan unsur rupa yang terjadi karena pertemuan beberapa garis. Bidang dapat dibedakan menjadi bidang horizontal, vertikal, melintang. Aplikasi unsur bidang pada kolase bisa berupa bidang datar (2D) dan bidang bervolume (3D).
Warna: merupakan unsur rupa yang penting dan salah satu wujud keindahan yang dapat dicerap oleh indera penglihatan manusia. Warna secara nyata dapat dibedakan menjadi warna primer, sekunder dan tertier. Unsur warna pada kolase dapat diwujudkan dari unsur cat, pita/renda, kertas warna, kain warna-warni dan sebagainya.
Bentuk: dalam pengertian dua dimensi akan berupa gambar yang tak bervolume, sedang dalam penertian tiga dimensi adalah unsur rupa yang terbentuk karena ruang dan volume. Bentuk ada 2 macam yakni: bentuk dengan struktur beraturan dan terukur (bentuk geometris) dan bentuk yang tak beraturan (bentuk organis). Unsur bentuk pada kolase dapat berupa guntingan atau sobekan kertas/kain, bungkus permen, daun kering, pita, uang logam, tutup botol, potongan kayu, dan sebagainya.
Tekstur: merupakan nilai atau sifat atau karakter permukaan dari suatu benda, seperti halus, kasar, bergelombang, lembut, lunak, keras, dan sebagainya. Tekstur secara visual dapat dibedakan menjadi tekstur nyata dan tekstur semu. Unsur tekstur nyata pada kolase dapat berupa kapas, karung goni, kain sutra, amplas, sabut kelapa, karet busa dan lainya. Sedang tekstur semu dapat berupa hasil cetakan irisan belimbing, tekstur koin di kertas, tekstur anyaman bambu di kertas dan sebagainya.

Beberapa prinsip rancangan
Irama: merupakan penyusunan unsur-unsur visual yang ada atau pengulangan unsur-unsur rupa yang diatur. Jenis pengulangan antara lain: repetitif, alternatif dan progresif. Secara nyata prinsip irama dapat berupa unsur-unsur rupa dari material kolase yang disusun berulang secara dinamis.
Keseimbangan: adalah kesamaan bobot dari unsur-unsur rupa yang diatur. Jumlah unsur rupa yang ditata mungkin tidak sama namun nilai bobotnya seimbang. Keseimbangan ada beberapa jenis, antara lain: keseimbangan sentral/terpusat, keseimbangan diagonal, keseimbangan simetri dan keseimbangan a-simetris. Secara nyata keseimbangan dapat berupa unsur-unsur rupa yang terdapat pada material kolase yang ditata menjadi komposisi yang harmonis.
Kesatuan: merupakan susunan unsur-unsur visual yang membentuk suatu kesatuan yang saling bertautan membentuk komposisi yang harmonis dan utuh, sehingga tidak ada bagian yang berdiri sendiri. Untuk menciptakan kesatuan, unsur rupa yang digunakan tidak harus seragam, tetapi dapat berbeda atau bervariasi unsur bentuk, warna, tekstur dan bahannya.
Pusat Perhatian: adalah unsur yang sangat menonjol atau berbeda dengan unsur-unsur yang ada disekitarnya Untuk menciptakan pusat perhatian dalam kolase kita dapat menempatkan unsur yang paling dominan atau kontras.


tulisan ini diambil dari berbagai sumber


Anton Subiyanto
Koloni Cetak
Yogyakarta